Untuk saat ini sepakbola Eropa sepertinya membutuhkan tenaga veteran, tidak semua tapi khusus untuk dua orang dari dua klub papan atas liga Inggris yang mencoba menentang sebuah regenerasi. Regenerasi yang selama ini dianggap sebagai ujung tombak prestasi klub nyatanya dihadang oleh hal yang disebut Prestasi dan juara pula.
Begitulah kisah Manchester United dan Arsenal, 2 klub besar yang dari awal berupaya keras untuk menggaris bawahi bahwa regenerasi adalah prioritas yang utama. Nyatanya Januari ini memberi pembuktian bahwa dua klub ini tak perlu ragu membutuhkan jasa para veteran. Walaupun sudah dimakan usia tapi Paul Scholes (Manchester United) dan Thierry Henry (Arsenal) membuktikan seperti apa penting diri mereka diklub seperti dulunya.
Debut keduanya ditandai dengan hal yang positif, Arsenal (Thierry Henry) menang melawan Leeds United di FA dan Manchester United (Paul Scholes) juga menang walaupun dengan susah payah melawan Manchester City. Terutama Thierry Henry yang golnya disambut spektakuler dan gegap gempita oleh publik Emirates (Markas Arsenal) padahal ia sudah terlanjur demam panggung karena kisah dimasa lalu.
Thierry Henry
Henry = Arsenal , begitulah anggapan seluruh pecinta The Gunners Arsenal, dia adalah rekor dari ketajaman para penyerang Arsenal sepanjang masa, seseorang yang pernah menjadi raja ketika Arsenal masih membara. Atas kehebatannya, sebuah patung tentang Thierry Henry berdiri gagah menantang para penyerang the Gunners berikutnya untuk mematahkan rekornya
Tapi waktu, pelan dan pasti mulai mengikis setiap bara yang diletupkan Arsenal di Premier League, para pemain yang pensiun dan habis kontrak mulai meninggalkan Highburry (markas Arsenal sebelum Emirates) dan Henry, dahulu berusaha setia untuk klub yang membesarkannya.
Puncaknya musim 2005/2006, Arsenal mencapai final liga Champion pertamanya, kalah dengan heroik namun penasaran Henry akan liga Champion kelak akan mengubah wajah Arsenal tentang regenerasi. Musim 2007/2008 Henry pergi meninggalkan Arsenal dibarengi masalah perceraiannya ke Barcelona, Henry bermimpi tentang indahnya juara di liga Champion disana. Akhirnya Ia mendapatkannya, tahun 2009 ia melengkapi dari kejayaan sixtuple Barcelona dan musim berikutnya ia memilih menepi ke Amerika Serikat.
Ketika Henry pergi, Arsenal mengalami ketidakstabilan akan cara menggapai juara, semuanya sirna dan yang paling memukul mental ketika piala Carling 2011, kalah dari Birmingham oleh “diri mereka sendiri”, efeknya pun berantai dari tergesernya peluang juara liga Inggris, perginya 2 mutiara lini tengah, Fabregas dan Samir Nasri, serta pemain-pemain lain yang mengklaim membutuhkan prestasi.
Dipekan awal, Arsenal remuk redam sampai digilas Manchester United 8-2, hal yang membuat Arsenal mulai meninggalkan paham regenerasi dan segera untuk ikut dalam hiruk pikuk berburu pemain, hasilnya Arsenal pun mulai dianggap ancaman serius bagi klub-klub di liga Primer Inggris serta masih bertahan di liga Champion. sampai Arsenal kedatangan legenda hidup mereka Thierry Henry.
Henry datang dan bermain sebentar tapi ia datang untuk membawa kemenangan dipertandingan pertamanya, ia pun mencetak gol kegawang Leeds United, gol yang dirayakan dengan luar biasa seperti pertama kali bermain sepakbola, seolah-olah tak percaya begitu pun publik Emirates yang menyambut kembali legenda, dan Arsene Wenger yang merubah sistem idealisnya juga terharu untuk air mata akan kerinduan seorang legenda.
Episode berikutnya ketika semua terjadi dalam euforia akan masa lalu, maka tinggal kesepakatan antar hati masing-masing yang kembali dipertanyakan, akankah patuh terhadap sisa kontrak peminjaman yang hanya 2 bulan atau akan melukai klub baru Thierry Henry di Amerika, RedBull dengan melanjutkan sisa kontrak hingga musim liga Inggris usai?
Welcome Home Henry…………
sumber : kompasiana.com
0 komentar:
Posting Komentar